Sabtu, 10 Januari 2009

Talking ‘bout The Blue—Cholerist

Biru,,
Seringkali digunakan untuk merepresentasikan ketenangan, kebijaksanaan, bahkan ketentraman.. Namun, ada representasi lain untuk warna satu ini, yaitu sebagai lambang salah satu dari empat tipe kepribadian..

The Dominant

Cholerist

Berorientasi target – melihat seluruh gambaran – terorganisasi dengan baik – mencari pemecahan praktis – gerak cepat untuk bertindak – mendelegasikan pekerjaan – menekankan hasil – membuat target – merangsang kegiatan – berkembang karena saingan (ciri2 koleris, Florence Littaeur)

Kekuatan utama orang-orang koleris adalah pada dominasi dan kepemimpinannya yang sangat terasa pada komunitas dimana ia berada.

Beberapa waktu lalu, nyaris tidak ada masalah dengan pikiranku mengenai tipe kepribadian satu ini, karena salah satu kecenderungan kepribadianku pun koleris,, meski sanguinis lebih mendominasi..^^

Tapi, belakangan ini, beberapa hal membuatku mulai ‘memperhatikan’ keberadaan orang2 koleris di sekitarku..

Ya, mereka kuat!
(Tapi disertai dengan kesan ngotot gak jelas, maen banting, jarang mau dengerin orang lain, central of forrum—wanna be, judging not discussing, gak peka,,)

Ya, mereka tangguh!
(Tapi ‘ketangguhan’ mereka tidak melahirkan rasa segan, melainkan takut, yang suatu saat akan berubah menjadi opositif,, they press others, they have their own mind n perception, so they don’t pay much attention on discussion, just for making others agree with their thought n perception!)

Namun, aku tahu mereka hebat!

Maybe I’m judging but I don’t understand also,,
I have cholerist side on my own personality, but I don’t know the reason why they do so? Atau, apakah aku pun demikian? Astaghfirullah..

Apakah dominasi koleris harus selalu diidentikan dengan kesan memaksa, kuat—tapi membuat tak nyaman? Apakah untuk membuat orang lain sepakat dengan sang koleris, harus digunakan cara ‘menekan’ yang (minimal bagiku) tidak menghasilkan apa-apa kecuali rasa sebal yang teramat sangat atau bahkan rasa underestimate terhadap diri sendiri dari lawan bicara?
Mengapa tidak digunakan cara lain? Cara yang tidak akan mengurangi arogansi Sang Koleris, tidak menihilkan sedikit pun dominasinya..

‘Dialog dengan kata-kata yang tidak menyakitkan,, dengan nada yang tidak melecehkan,, dengan sorot mata yang tidak menggurui,,

Kata-kata tajam yang menginspirasi sekaligus memotivas sudah cukup untuk membuat lawan bicara memperhatikan sang pemimpin alami ini berkata-kata..’

Tidak perlu menekan kalau tidak dibutuhkan! Ini bukan debat, kawan!

Kupikir, cara itu akan jauh lebih efektif..

Ide-ide hebat sang koleris pun akan dapat dengan mudah diterima orang lain, sehingga, secara alami kepemimpinan sang koleris akan dengan cepat diikuti..

Bukankah itu lebih baik?

Based on my experiences, yang terasa saat berdialog dengan orang-orang dominan ini adalah lelah! Defensivitas yang langsung timbul karena menyadari ‘bahaya’ yang mengancam. Percakapan jadi terasa seperti ‘perang’, ada menang, ada kalah,, padahal tujuan awal dari sebuah pembicaraan—atau bahkan perdebatan—adalah sebuah ‘kebenaran’, bukan pembenaran ego pribadi!

Tapi,,
Mengapa sulit sekali bicara dengan mereka? Apakah karena aku koleris juga?

2 komentar:

  1. halo cewe koleris.,sama2 koleris negh.,hehe
    tapi koleris-sanguin emang selalu melekta dihati.,wkekekek

    BalasHapus
  2. haha..
    iya ran,, spakat..
    sama2 koleris ni qta. ^^

    Thx for comment..

    BalasHapus