Kamis malam, minggu kedua Bulan Januari. Awal percakapan antara Aku dan Diriku.
Aku
Siapakah aku? Ah, pertanyaan basi! Malu aku menjawabnya.. Memangnya selama 21 tahun ini aku hidup dengan identitas siapa? Bayang-bayang ?
Aku tahu, bermimpi itu menyenangkan.. Aku menyukainya.. Tapi aku sadar, terlalu lama ada di dunia para peri yang hidup hanya dalam sebongkah imajinasi tak pernah menyelamatkanku..
Meskipun kuakui aku bahagia. Ya. Aku bahagia.
Seringkali aku lupa. Aku hidup pada dunia nyata. The real world dimana mimpi-mimpi tidak punya tempat untuk menjadi pemain sendirian. Selalu ada realita dan fakta yang menemaninya. Tapi kenapa aku tak pernah peduli dengan itu semua?! Aku hanya sibuk mengurusi mimpi-mimpiku, hatiku, diriku..
Aku yakin, kau tahu kalau melankolis seperti aku tak pernah bisa menyuarakan pikirannya tanpa menyertakan perasaan?! Dan perasaan itu penuh dengan subjektivitas yang mengganggu objektifnya pikiranku. Kadang, jika kedua sudut pandang itu berperang, air mata selalu menjadi pelerainya. Melelahkan. Itulah yang membuatku malas berpikir lagi, karena itu hanya membuat perasaanku lelah dan mengabutkan kepalaku makin pekat.
Sudahlah, kamu pun pasti mengerti kalau seorang koleris seperti aku mencoba untuk peduli, yang akan kuciptakan dalam kepalaku hanyalah sebuah strata dimana aku menjadi rajanya.
Bukan raja, penguasa tepatnya. Dan fakta? Atau realita? Haha.., terkadang itu tak penting jika menghalangiku menjadi penguasa arena. Yang terpenting adalah lawan bicara dan tentu, cara mengalahkannya..
Dan sanguinis seperti diriku? Jangan harap bisa mendapat objektivitas darinya.. Yang menarik bagiku hanya bersenang-senang.. Tertawa.. bukan pusing memikirkan sesuatu yang tidak jelas akan memberikan tawa bagiku atau tidak..
Sudut pandangku bergantung pada pikiran lain yang bersamaku saat itu,, tentu,, karena orientasiku hanyalah menyenangkannya.. menyenangkan diriku juga tentunya..
Bibirku seringkali mengkhianatiku.. Ia dapat seenaknya tertawa meski hatiku sakit dibuatnya.. Ia dapat seenaknya tersenyum saat kepalaku berdenyut menahan semua air mataku.. Ia pengkhianat terbesarku.. karena itu, sanguinis seperti aku jangan pernah kau ajak bertukar pikiran, sebab seringkali ia hanya akan memancarkan hasil2 pengkhianatannya padaku..
Atau kau ingin menemukan diri plegmatisku? Pilihan buruk. Karena aku tak kan peduli pada masalahmu. Meski itu pun menyangkut hidup matiku. Sudahlah,, jangan repot-repot menemukanku,, aku tidak akan berguna bagimu.. Bukan, bukan karena aku tidak mampu, itu semua hanya karena aku tidak peduli padamu..-
Aku tahu mungkin aku bukan seseorang yang tepat untukmu. Kesedihanku hanya akan menahanmu dan membuat kau tak pergi untuk mengejar kebahagiaanmu. Maafkan aku karena egoisku. Aku hanya memikirkan aku dan cintaku, tanpa pernah peduli bahwa mungkin ada seseorang yang kau cintai lebih dari aku mencintaimu.
Ah, hanya tulisan kacau yang terinspirasi dari pikiran yang mulai kacau..
Januari, keajaiban awal tahunku..
Aku
Siapakah aku? Ah, pertanyaan basi! Malu aku menjawabnya.. Memangnya selama 21 tahun ini aku hidup dengan identitas siapa? Bayang-bayang ?
Aku tahu, bermimpi itu menyenangkan.. Aku menyukainya.. Tapi aku sadar, terlalu lama ada di dunia para peri yang hidup hanya dalam sebongkah imajinasi tak pernah menyelamatkanku..
Meskipun kuakui aku bahagia. Ya. Aku bahagia.
Seringkali aku lupa. Aku hidup pada dunia nyata. The real world dimana mimpi-mimpi tidak punya tempat untuk menjadi pemain sendirian. Selalu ada realita dan fakta yang menemaninya. Tapi kenapa aku tak pernah peduli dengan itu semua?! Aku hanya sibuk mengurusi mimpi-mimpiku, hatiku, diriku..
Aku yakin, kau tahu kalau melankolis seperti aku tak pernah bisa menyuarakan pikirannya tanpa menyertakan perasaan?! Dan perasaan itu penuh dengan subjektivitas yang mengganggu objektifnya pikiranku. Kadang, jika kedua sudut pandang itu berperang, air mata selalu menjadi pelerainya. Melelahkan. Itulah yang membuatku malas berpikir lagi, karena itu hanya membuat perasaanku lelah dan mengabutkan kepalaku makin pekat.
Sudahlah, kamu pun pasti mengerti kalau seorang koleris seperti aku mencoba untuk peduli, yang akan kuciptakan dalam kepalaku hanyalah sebuah strata dimana aku menjadi rajanya.
Bukan raja, penguasa tepatnya. Dan fakta? Atau realita? Haha.., terkadang itu tak penting jika menghalangiku menjadi penguasa arena. Yang terpenting adalah lawan bicara dan tentu, cara mengalahkannya..
Dan sanguinis seperti diriku? Jangan harap bisa mendapat objektivitas darinya.. Yang menarik bagiku hanya bersenang-senang.. Tertawa.. bukan pusing memikirkan sesuatu yang tidak jelas akan memberikan tawa bagiku atau tidak..
Sudut pandangku bergantung pada pikiran lain yang bersamaku saat itu,, tentu,, karena orientasiku hanyalah menyenangkannya.. menyenangkan diriku juga tentunya..
Bibirku seringkali mengkhianatiku.. Ia dapat seenaknya tertawa meski hatiku sakit dibuatnya.. Ia dapat seenaknya tersenyum saat kepalaku berdenyut menahan semua air mataku.. Ia pengkhianat terbesarku.. karena itu, sanguinis seperti aku jangan pernah kau ajak bertukar pikiran, sebab seringkali ia hanya akan memancarkan hasil2 pengkhianatannya padaku..
Atau kau ingin menemukan diri plegmatisku? Pilihan buruk. Karena aku tak kan peduli pada masalahmu. Meski itu pun menyangkut hidup matiku. Sudahlah,, jangan repot-repot menemukanku,, aku tidak akan berguna bagimu.. Bukan, bukan karena aku tidak mampu, itu semua hanya karena aku tidak peduli padamu..-
Aku tahu mungkin aku bukan seseorang yang tepat untukmu. Kesedihanku hanya akan menahanmu dan membuat kau tak pergi untuk mengejar kebahagiaanmu. Maafkan aku karena egoisku. Aku hanya memikirkan aku dan cintaku, tanpa pernah peduli bahwa mungkin ada seseorang yang kau cintai lebih dari aku mencintaimu.
Ah, hanya tulisan kacau yang terinspirasi dari pikiran yang mulai kacau..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar