tarian burung warna jingga warnai seburat malu-malu pagi hari..
kali ini tak kupalingkan wajahku dari dosa terlarangnya,, mencoba menikmati sentuhan warna hitam dan abu2 diatas putihnya lembaran kain yang kusebut sebagai perhiasan
aku nikmati tawa bengisnya, karena penderitaan bagiku adalah kenyamanan tiada banding dan senyuman adalah ancaman yang tak pernah ku tahu apa artinya..
kujauhi wajah bersih penuh kepura2an yang mungkin terlukis karena otak jalangku memikirkannya.. kasihan, wajah itu jadi ternoda.. tapi tak apa2,, aku tak peduli!
biar saja dia pergi lari dariku yang tak pernah bisa ia mengerti.. tidak apa2 karena aku tahu cintaku akan membasahi hatinya dengan balutan rindu dan kenangan sepanjang waktu..
layang-layang putus yang terbuai angin tak tentu arah kini mulai menatap rintihan ombak samudera yang memanggilnya dalam gelap dan dingin, mencekam, membasahi tubuh kertasnya dengan balutan air asin bercampur garam yang perlahan merobek srluruh pertahanan dirinya hingga tak tersisa apapun kecuali rangka2 menyedihkan yang menyisakan segenap cerita bahwa ia pernah ada..
pekatnya malam membelenggu sang bulan tuk tersenyum, ia hanya dapat menatap dengan mata bulatnya ratusan kupu2 yang berlari tak tentu arah memperkosa keindahannya sendiri dengan robekan sayap dan tarian yang mengundang satu kehidupan bernama ajal..
riakan air menelan seribu pusaran dalam birunya yang mematikan, tak terlihat menyenangkan namun tetap menghoda aku untuk menyentuh dan menenggelamkan diriku dalam tubuhnya..
membiarkan ia menelanku
satu kali saja.
satu mata panah menyempatkan dirinya mengoyak diriku,, menikmati hancurnya perlahan dan segera jutaan mata panah lain menelan tubuh ku sepenuhnya..
sudahlah, rangkaian huruf tak berarti ini takkan memiliki makna jika tak kuberikan jiwaku padanya.. tapi masalahnya, jiwaku hanya satu,, haruskah kutukar tempat bersemayamnya dari ragaku? haha, mungkin itu pilihan terbaik..
Aku benci gelak2 tawa dan binar2 mata munafik yang mengelilingiku dan menipuku.. dan tenggelam dengan buntalan rasa kecewa yang meracuni diriku sendiri tanpa henti.. Aku akan membunuhnya!
delapan buah mata pisau meraih arah mata anginnya masing2,, satu untuk dirinya,, namun sepasang kakatua yang terlihat mesra menanti kematiannya tak juga sabar menunggu senja.. menunggu menangnya gelap yang menelan matahari dan membuatnya merayu dirinya sendiri,, untuk mati!
Sudahlah, aku tak ingin mengulanginya lagi!
PERGI!!
kali ini tak kupalingkan wajahku dari dosa terlarangnya,, mencoba menikmati sentuhan warna hitam dan abu2 diatas putihnya lembaran kain yang kusebut sebagai perhiasan
aku nikmati tawa bengisnya, karena penderitaan bagiku adalah kenyamanan tiada banding dan senyuman adalah ancaman yang tak pernah ku tahu apa artinya..
kujauhi wajah bersih penuh kepura2an yang mungkin terlukis karena otak jalangku memikirkannya.. kasihan, wajah itu jadi ternoda.. tapi tak apa2,, aku tak peduli!
biar saja dia pergi lari dariku yang tak pernah bisa ia mengerti.. tidak apa2 karena aku tahu cintaku akan membasahi hatinya dengan balutan rindu dan kenangan sepanjang waktu..
layang-layang putus yang terbuai angin tak tentu arah kini mulai menatap rintihan ombak samudera yang memanggilnya dalam gelap dan dingin, mencekam, membasahi tubuh kertasnya dengan balutan air asin bercampur garam yang perlahan merobek srluruh pertahanan dirinya hingga tak tersisa apapun kecuali rangka2 menyedihkan yang menyisakan segenap cerita bahwa ia pernah ada..
pekatnya malam membelenggu sang bulan tuk tersenyum, ia hanya dapat menatap dengan mata bulatnya ratusan kupu2 yang berlari tak tentu arah memperkosa keindahannya sendiri dengan robekan sayap dan tarian yang mengundang satu kehidupan bernama ajal..
riakan air menelan seribu pusaran dalam birunya yang mematikan, tak terlihat menyenangkan namun tetap menghoda aku untuk menyentuh dan menenggelamkan diriku dalam tubuhnya..
membiarkan ia menelanku
satu kali saja.
satu mata panah menyempatkan dirinya mengoyak diriku,, menikmati hancurnya perlahan dan segera jutaan mata panah lain menelan tubuh ku sepenuhnya..
sudahlah, rangkaian huruf tak berarti ini takkan memiliki makna jika tak kuberikan jiwaku padanya.. tapi masalahnya, jiwaku hanya satu,, haruskah kutukar tempat bersemayamnya dari ragaku? haha, mungkin itu pilihan terbaik..
Aku benci gelak2 tawa dan binar2 mata munafik yang mengelilingiku dan menipuku.. dan tenggelam dengan buntalan rasa kecewa yang meracuni diriku sendiri tanpa henti.. Aku akan membunuhnya!
delapan buah mata pisau meraih arah mata anginnya masing2,, satu untuk dirinya,, namun sepasang kakatua yang terlihat mesra menanti kematiannya tak juga sabar menunggu senja.. menunggu menangnya gelap yang menelan matahari dan membuatnya merayu dirinya sendiri,, untuk mati!
Sudahlah, aku tak ingin mengulanginya lagi!
PERGI!!